Di bumi (litosfer) terdapat 6 lempengan utama, yaitu:
- Lempeng Amerika
- Lempeng Afrika
- Lempeng Eurasia
- Lempeng Indo-Australia
- Lempeng Antartika
- Lempeng Pasifik
Seorang geology dari Universitas Princetown bernama Harry Hess memberikan dasar-dasar baru tentang kondisi benua yang bergerak-gerak. Benua bukan “hanyut kesana kemari” seperti es terapung, tetapi tertanam kuat pada basalt dasar samudera.
Lempengan-lempengan tersebut setiap saat mengalami gerakan horizontal yang menimbulkan antara lain pemisahan benua serta gerakan vertical, yaitu desakan lava yang terdesak ke utara, tapi karena daratan Asia cukup kuat bertahan terjadilah kerutan bumi tengah di laut Tengah yang mendesak Eropa Utara, maka terjadilah pegunungan Alpen.
Secara alami, lempeng mengalami pengrusakan dan pembangunan kembali (putus dan bersambung) yang gerakan lempengnya menjadi gempa tektonik. Proses perusakan dan pembangunan kembali wujudnya ialah patahnya daratan akibat desakan di dasar laut, sehingga di daratan terjadi retakan. Di sepanjang retakan demikian muncul pegunungan yang di beberapa tempat lahir gunung berapi seperti Pegunungan Rocky di AS.
Indonesia merupakan daerah yang sering terjadi gempa karena letaknya tepat pada pertemuan dua dereta pegunungan muda. Juga pertemuan tiga lempengan litosfer yaitu lempeng Indo-Australia sebelah barat dan selatan, lempeng Eurasia sebelah utara dan lempeng Samudera Pasifik di sebelah timur sehingga daratannya labil.
Secara garis besar batas pertemuan lempeng dapat dibedakan atas tiga deretan sebagai berikut.
- Dua lempeng saling menjauh (divergen), menyebabka aktivitas vulkanisme di dasar laut, pembentukan tanggul dasar samudera, aktivitas vulkanisme, dan gempa.
- Dua lempeng saling bertabrakan (konvergen), mengakibatkan adanya aktivitas vulkanisme, gempa tektonik, terbentuknya palung laut, dan terbentuk deretan pegunungan.
- Dua lempeng saling berpapasan mengakibatkan aktivitas vulkanisme dan gempa yang lemah.